.

1 Okt 2014

Kudeta Cuci Tangan ( Bag 1): Preman Jadi Rezim

Kitab Pararaton dan Nagarakertagama adalah naskah yang paling banyak menjadi rujukan ahli sejarah dalam menggali lebih jauh tentang situasi social politik Kerajaan Jawa masa itu. Diantaranya Singasari dan Majapahit.

" Nabok nyilih tangan" (menampar dengan cara pinjam tangan) sepertinya sudah menjadi tradisi perpolitikan Indonesia sejak jaman raja-raja hingga kini. Tujuannya tentu saja agar mereka yang terlibat seakan-akan tidak berdosa dan terhindar dari effect negative. Bahkan celakanya,  tidak jarang para penampar dianggap berprestasi dan layak mendapatkan  apresiasi .

Berikut ini secuplik strategi cuci tangan yang pernah terjadi dan cukup populer di dasarkan kitab Pararaton dan Nagara Kertagama :

Ken Arok : Preman Yang Jadi  Rezim.

Ken Arok awalnya hanya seorang begundal dan pimpinan bandit pinggiran desa. Bosan menjadi begal, Ken Arok lantas merantau ke kota dan berhasil masuk dalam seleksi prajurit Kadipaten Tumapel. Karir sebagai penjaga kraton adipati sangat memungkinkan pemuda yang sejak bayi dibuang di pekuburan ini menjadi tahu banyak tentang jeroan kraton, termasuk kecantikan Ken Dedes, istri sang Akuwu (Adipati).

Niat banditnya muncul kembali gara-gara angin keras menempis kain Ken Dedes.  Kontan paha mulus  anak Mpu Purwa itu jadi santapan jalang mata Ken Arok.  Akibatnya bisa di duga, hampir tiap malam Ken Arok terpaksa bekerja keras menahan birahinya teringat erotisme itu.

Pada satu titik yang tak lagi tertahan, Ken Arok berangkat ke desa Lulumbang  ( sekarang Wlingi – Blitar) untuk bertemu seorang pembuat keris tersohor kenalan ayah angkatnya Bango Samparan . Mpu Gandring di order membuat keris super sakti yang akan digunakannya untuk membunuh Tunggul Ametung, suami Ken Dedes sekaligus merebut kekuasaan kadipaten.

Mpu Gandring kemudian menjanjikan waktu 7 bulan produksi karena keris yang akan dibuatnya berbahan dasar bijih batu meteor. Ken Arok menyepakati hal tersebut.

5 bulan kemudian Ken Arok diangkat menjadi komandan kompi yang punya akses lebih dekat pada kediaman inti Tunggul Ametung. Posisi ini makin membuat Ken Arok bisa lebih sering secara diam-diam, memandangi tubuh Ken Dedes yang mulai bahenol karena hamil muda.   Tak tahan menunggu waktu yang telah disepakati, Ken Arok menemui Mpu Gandring untuk meminta keris. Namun karena belum 100 persen jadi, Ken Arok malah marah dan membunuh  sang empu. Sebelum tewas, Empu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa 7 orang akan mati oleh keris tersebut.

Strategi cantik mulai dilakukan oleh Ken Arok setibanya di asrama prajurit. Keris Mpu Gandring ditunjukkan pada teman  dinasnya yang bernama Kebo Ijo. Sebagai fans berat benda-benda pusaka, Kebo Ijo nampak  takjub meski bentuknya menyeramkan karena belum jadi benar. Belakangan Kebo Ijo bahkan meminta ijin pada Ken Arok untuk meminjamnya dengan alasan agar struktur keris bisa dipelajari lebih jauh. Menyadari umpannya telah termakan, Ken Arok dengan senang hati mempersilahkan.

Berhari-hari Keris Mpu Gandring tidak berusaha diminta kembali oleh Ken Arok.  Sebaliknya, Kebo Ijo malah berasumsi bahwa keris tersebut diberikan secara cuma-cuma  atas nama perkawanan. Maka dengan percaya diri,  Kebo Ijo memperkenalkan keris Empu Gandring sebagai miliknya kepada kolega maupun mereka yang tergabung dalam kompi kawal dimana dirinya berdinas.

Hingga tibalah suatu hari dimana Tunggul Ametung baru saja pulang dari menghadap atasanya, Prabu Kertajaya di Kadiri.  Karena kelelahan selepas menempuh perjalanan jauh, Tunggul Ametung lelap tertidur, demikian juga pasukan pengawalnya yang saat itu dipimpin oleh Kebo Ijo.  Dengan gesit Ken Arok mencabut keris Empu Gandring di pinggang Kebo  Ijo lalu menyusup ke kamar adipati. Sekali tusuk, Keris Empu Gandring bersarang di tubuh Tunggul Ametung tanpa suara. Keris lalu dibiarkan tetap menancap  begitu saja. 

Dini hari pagi seluruh kadipaten gempar.  Sejumlah sesepuh menganggap pembunuhan telah dilakukan oleh Kebo Ijo berdasarkan bukti keris yang menancap. Maka Ken Arok yang mendapat piket pagi langsung bertindak cepat mencabut keris di dada Tunggul Ametung. Kebo IJo yang masih terkantuk-kantuk dan belum menyadari apa yang terjadi langsung dihujami tusukan.

Dengan demikian,salah satu politik cuci tangan telah berlangsung di Nusantara. Karena dianggap berjasa, Ken Arok lantas diangkat menggantikan kedudukan Tunggul Ametung sekaligus memperistri Ken Dedes.

Kelak, di tahun 1222, Ken Arok memberontak kepada Kadiri dan mendirikan Kerajaan bernama Singasari.